Tugas Mandiri 4: Aurellia Rahma Elta Kusmana E41

 

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

 Mozaik Griya Nusantara: Potret Persatuan dan Tantangan dalam Keseharian Urban

Lokasi Observasi: Komplek Mawar Indah, Kelurahan Kedoya Utara, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat

Periode Observasi: 10 - 15 Oktober 2025




A. PENDAHULUAN
Saya memilih Komplek Mawar Indah di Jakarta Barat sebagai lokasi observasi karena kawasan ini memiliki penduduk yang sangat beragam, baik dari segi suku, agama, maupun profesi. Ada warga yang berasal dari Jawa, Betawi, Batak, dan Minang, dengan pemeluk agama Islam, Kristen, dan Katolik yang hidup berdampingan. Jakarta Barat dikenal sebagai kawasan urban yang padat dan dinamis, sehingga menarik untuk melihat bagaimana nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ikaditerapkan di tengah kesibukan dan perbedaan sosial warganya. Tujuan observasi ini adalah untuk memahami bagaimana proses integrasi nasional tercermin dalam interaksi sehari-hari antarwarga, serta menelusuri faktor-faktor yang memperkuat dan melemahkan rasa persatuan di lingkungan perkotaan.

B. TEMUAN OBSERVASI
Contoh Positif:
Selama dua minggu melakukan observasi, saya melihat bahwa warga Komplek Mawar Indah memiliki tradisi kerja bakti setiap hari Minggu pagi. Warga dari berbagai latar belakang ikut berpartisipasi, mulai dari membersihkan taman hingga memperbaiki saluran air. Kegiatan ini sering dipimpin oleh Pak Edi (Muslim) dan dibantu oleh Pak Yohanes (Kristen). Tidak ada sekat dalam pembagian tugas—semua bekerja sama demi kenyamanan bersama.

Selain itu, ketika bulan Ramadan tiba, warga non-Muslim turut menjaga ketenangan saat waktu ibadah dan membantu menyalurkan takjil untuk berbuka puasa. Sebaliknya, pada perayaan Natal, para pemuda Muslim membantu menjaga keamanan dan mengatur parkir di sekitar gereja kecil di dekat kompleks. Hal-hal sederhana seperti ini memperlihatkan bahwa nilai toleransi dan gotong royong masih hidup kuat di tengah keberagaman warga Jakarta Barat.

Contoh Negatif:Namun, saya juga menemukan adanya potensi konflik di ruang digital. Dalam grup WhatsApp warga, sempat muncul perdebatan mengenai pemasangan spanduk kegiatan keagamaan. Beberapa warga merasa spanduk tersebut terlalu dominan dengan simbol agama tertentu. Meskipun tidak berujung pada pertengkaran besar, suasana sempat memanas. Ketua RT akhirnya menengahi dan mengingatkan agar semua kegiatan warga mengutamakan kebersamaan dan tidak membawa unsur SARA. Kejadian ini menunjukkan bahwa perbedaan persepsi terhadap simbol dan ekspresi keagamaan dapat menjadi sumber ketegangan bila tidak dikelola dengan baik.


C. ANALISIS
Temuan di Komplek Mawar Indah menggambarkan bahwa integrasi nasional pada level lokal dapat terwujud melalui interaksi sosial yang harmonis dan kegiatan bersama. Menurut Myron Weiner (1965), integrasi nasional mencakup dua aspek utama, yaitu integrasi vertikal (hubungan warga dengan negara) dan integrasi horizontal (hubungan antarwarga). Dalam konteks ini, kegiatan kerja bakti dan toleransi antarumat beragama mencerminkan integrasi horizontal yang memperkuat solidaritas sosial di antara masyarakat.

Kegiatan lintas agama dan budaya di kompleks ini juga mencerminkan semangat Bhinneka Tunggal Ika  yang menegaskan bahwa perbedaan bukanlah penghalang, melainkan kekayaan bangsa. Warga yang saling menghormati dan membantu dalam kegiatan keagamaan menunjukkan bagaimana praktik sederhana dapat menumbuhkan rasa saling percaya dan empati, yang menjadi fondasi bagi integrasi nasional.

Sebaliknya, perdebatan di grup WhatsApp warga memperlihatkan tantangan integrasi di era digital. Berdasarkan laporan LIPI (2020), polarisasi di ruang media sosial kerap memicu kesalahpahaman dan memperlemah kohesi sosial. Akar masalah dari konflik tersebut bukan hanya soal perbedaan agama, tetapi juga minimnya literasi digital, komunikasi yang impulsif, dan kurangnya panduan etika dalam berkomunikasi daring. Oleh karena itu, kepemimpinan lokal dan sikap saling menghormati sangat dibutuhkan untuk menjaga keharmonisan di masyarakat urban seperti Jakarta Barat.

D. REFLEKSI DIRI & PEMBELAJARAN
Dari observasi ini, saya belajar bahwa semangat persatuan tidak lahir dari slogan, tetapi dari tindakan kecil sehari-hari yang menumbuhkan rasa saling peduli. Saya menyadari bahwa sebagai generasi muda, saya memiliki peran penting dalam memperkuat nilai kebangsaan di lingkungan tempat tinggal. Saya bisa ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan warga, menjadi jembatan komunikasi di media sosial, dan menyebarkan pesan positif yang menekankan pentingnya toleransi dan empati.
         Saya juga belajar bahwa hidup di kota besar seperti Jakarta membutuhkan kesabaran dan pengertian lebih dalam menghadapi perbedaan. Interaksi yang sopan dan empatik adalah kunci agar keberagaman tidak menjadi sumber konflik, melainkan kekuatan yang memperkaya kehidupan sosial kita.

E. KESIMPULAN & REKOMENDASI 

Observasi di Komplek Mawar Indah menunjukkan bahwa integrasi nasional dapat tumbuh melalui kegiatan sederhana seperti kerja bakti, saling menghormati antara umat beragama, dan komunikasi yang sehat di ruang digital. Keberagaman yang ada di Jakarta Barat menjadi bukti nyata bahwa persatuan bisa diwujudkan bila masyarakat memiliki kesadaran dan tanggung jawab sosial yang tinggi.

Rekomendasi:

  1. Membentuk Forum Warga Mawar Indah sebagai wadah dialog lintas agama dan budaya untuk memperkuat komunikasi antar warga.

  2. Menyusun etika komunikasi digital warga agar penggunaan media sosial tidak menimbulkan kesalahpahaman atau konflik SARA.









Komentar

Postingan Populer